Pozzart’s Blog

Posts Tagged ‘malu

Masih seputar kota Stasiun Balapan. Waktu saya, bapak dan temen bapak naik kereta Agro. Wah kesan pertama buat gue cukup baik (dibandingkan kereta ekonomi yang biasa gue naikin klo ke Depok). Maklum aja, ngambilnya juga kelas eksekutif (biar bisa betahan dalam perjalanan Jakarta-Solo). Tapi maaf dulu nih sebelumnya, soal kereta ini ternyata ga senikmat yang gue bayangkan sebelumnya. Kenapa? Mungkin karena emang biasa menjudge the book by the cover, jadi isi untuk sementara tak abaikan dulu.

Setelah kereta Argo meluncur, suasana sejuk dan dinginnya AC mulai mengajak mata gue turun watt (alias mulali ngantuk). Saahnya, gue juga ga prepare untuk bawa ato pake baju yang bisa ngangetin (waduh kedingian bozz!!). Next, seperti biasa, bukan lagi masuk angin yang gue rasain, tapi juga kebelet kencing lah pastinya. Dan saat itulah mulai nampak kekecewaan (halah sok puitis deh gue 🙂 ). Dan shock bangetnya, WCnya itu loh. Aduuuuuhhhh rasanya pengen turun aja deh dari kereta, udah ga nahan buanget. Tapi mau gimana, wong WC nya bolong. Jadi tuch tempat buang air bener2 plong bolong (sangat menyedihkan). Da gak pernah kebayang bagi gue, klo harus tetap bertahan di WC itu (eksekutif booo!!).

Sebenernya wajar sih, klo hajat dibuang di kawasan rel kereta api. (sama aja kya pesawat yang dibuangnya di Udara). Tapi ya paling ga, pake model WCnya pesawat kek yang cakepan dikit. Yah sejelek2nya, mbok dihalang pake apa kek gitu, masa keliatan jalan rel keretanya. illfill banged dah. Dengan mata ajip-ajip antara mo tidur sambil nahan buang air. Terpaksalah gue harus nahan selama perjalanan. Itu kesan pertama yang buruk bagi gue.

Belum berhenti sampai situ, gue langsung lompat aja ke scene dimana gue sampe di Setasiun Balapannya wong Solo. Pas subuh, pas gue sampe. Dan waktu disana ternyata lebih cepat (sejam klo ga salah) dari waktu di Jakarta. Jadi terangnya lebih cepet. Keluar arah parkir, mulailah berdatangan tawaran – tawaran angkutan mulai dari becak, taksi sampai mobil sewa. Yah mencari jalan tengah, kami pilih taksi aja. Nah disinilah kisah oleh-oleh (yang positif) bermula.

Kebetulan sopirnya bapak-bapak yang menurut kacamata gue, sudah berumur. Jenggot mutih, paras polos, keliatannya jujur banged deh nih bapak. Dan ternyata pas dalam perjalanan, nyambung juga obrolan bokap gue dengan pak supir itu. Dan mulailah dia cerita tentang kelakuan aneh para penumpang yang pernah dia bawa.

Kata penumpang (sebut saja Mr.Jail),

“Pak-pak, makanan di Solo ini ga ada yang manis-manis ya?”.

Dengan nada semangat bak promotor turis bapak ini menjawab,

“Oh..ada, di sini ada gudeg, dan bla..bla..bla..(g ga inget dia nyebut apa aja), ada kok banyak.” lanjutnya, “Bapak mau makan apa?”.

Terus dengan nada sedikit nyeleneh si Mr Jail ini bilang,

“Bukan itu loh pak maksud saya. Makanan “manis-manis”. Ada ga?”. (yang dimaksud adalah PSK)

Sang pak tua ini sudah tau arah pembicaraannya kemana. Langsung saja dia tambahkan,

“Pak, waktu saya masih muda, saya tahu soal “gitu-gituan”. Tapi itu dulu, sekarang saya ga mau lagi. Wong ga lama lagi juga saya mati.”, katanya tanpa ekspresi.

Si Mr. Jail ini terus memaksa,

“Tapi bapak tahukan tempatnya? Ga apa, bapak hantarkan saja saya kesana, atau tunjukin aja saya tempatnya!, nanti saya cari sendiri”. Dengan gaya penuh pengharapan.

Jelas pak supir pun ga mau kalah,

“Bukannya apa pak, saya takut dosa. Kalau bapak mau “main begituan” sih terserah, tapi jangan bawa-bawa saya.” tambahnya lagi, “Saya sudah lanjut, sebentar lagi juga mati.”

Tersentak kaget juga gue ngedenger certanya sang bapak tua didepan itu. dalam hati bergeming, polos amat nih bapak. Kalau di Jakarta semuanya berfikiran kaya begini, pastinya malem-malem dah ga ada lagi PSK yang pada mangkal, manggilin om-om atau brondong. Wal hasil, si Mr. Jail tadi hanya mengakhiri diskusi dengan senyuman kecil. (ntah malu atau nyeleneh).

Yah semoga kita juga bisa sejujur itu pada hati nurani sendiri.


Current Stats

  • 6.142 hits

Today’s Poll